Wednesday, June 9, 2010

Kelas Jawi 3.01

Senarai Guru Pelatih KDPM PLPS JAWI 3.01

1.Ahmad Jazran Bin Jamaluddin
2.Nor Helmi Bin Yusoff
3.Syahrizal Bin Othman
4.Syarifuddin Bin Besar
5.Fadzilah Binti Ahmad
6.Farihah Binti Hassan
7.Nazatul Azlina Binti Ariffin
8.Nor Faizah Binti Mohd Fadil
9.Nor Munirah Binti Abdul Ghani
10.Nurul Ain Binti Sulaiman
11.Royhana Binti Draman
12.Sabihah Binti Yusof
13.Siti Rokiah Binti Abu Hasan Asha
14.Siti Zaleha Binti mamat
15.Siti Zalekha Binti Rozemi
16.Umi Nadiah Binti Abd Rahim
17.Wan Rosmaini Binti Wan Mamat
18.Zatur Rawiah Binti Mohd Yusof


if (window['tickAboveFold']) {window['tickAboveFold'](document.getElementById("latency-1798780750945405256")); }

Pusat Sumber Sekolah

Pusat Sumber Sekolah

Pusat Sumber Sekolah

pusat sumber sekolah

Monday, June 7, 2010

pengertian teknologi pendidikan

Pengertian teknologi pendidikan tidak terlepas dari pengertian teknologi secara umum. Pengertian teknologi yang utama adalah proses yang meningkatkan nilai tambah. Proses tersebut menggunakan dan atau menghasilkan suatu produk tertentu. Produk yang digunakan dan atau dihasilkan tidak terpisah dari produk lain yang telah ada, dan karena itu menjadi bagian integral dari suatu sistem. Jadi dalam pengertian umum tentang teknologi, alat, atau sarana baru yang khusus diperlukan tidak menjadi syarat yang mutlak harus ada, karena alat atau sarana itu telah ada sebelumnya.
Dalam bidang pendidikan atau pembelajara, teknologi juga harus memenuhi ketiga syarat tersebut: proses, produk, dan sistem. Kecuali membuktikan dirinya sebagai suatu bidang kajian atau disiplin keilmuan yang berdiri sendiri. Perkembangan sebagai disiplin keilmuan tersebut dilandasi oleh serangkaian dalil atau dasar yang dijadikan patokan pembenaran. Secara falsafi, dasar keilmuan itu meliputi ontologi, atau rumusan tentang gejala pengamatan yang dibatasi pada suatu pokok telaah khusus yang tidak tergarap oleh bidang telaah lain; epistemologi, yaitu usaha yang ditentukan; dan aksiologi atau nilai-nilai yang menentukan kegunaan dari pokok telaah yang ditentukan, yang mempersoalkan nilai moral (etika) dan nilai serta keindahan atau estetika.
Objek formal teknologi pendidikan adalah belajar pada manusia baik pribadi maupun yang tergabung dalam organisasi. Belajar itu tidak hanya berlangsung dalam lingkup persekolahan ataupun pelatihan. Belajar itu ada di mana saja dan oleh siapa saja, dengan cara dan sumber apa saja yang sesuai dengan kondisi dan keperluan. Objek tersebut dapat digambarkan sebagaimana tertera dalam gambar berikut:

Adapun gejala yang perlumendapat perhatian, atau yang merupakan landasan ontologi dari objek tersebut adalah:
Adanya sejumlah besar orang yang belum terpenuhi kesempatan belajarnya, baik yang diperoleh melalui suatu lembaga khusus, maupun yang dapat diperoleh secara mandiri.
Adanya berbagai sumber baik yang telah tersebia maupun yang dapat direkayasa, tetapi belum dapat dimanfaatkan untuk keperluan belajar.
Perlu adanya suatu proses atau usaha khusus yang terarah dan terencana untuk menggarap sumber-sumber tersebut agar dapat terpenuhi hasrat beljaar setiap orang dan organisasi.
Perlu adanya keahlian dan pengelolaan atas kegiatan khusus dalam mengembangkan dan memanfaatkan sumber untuk belajar tersebut secara efektif, efisien, dan selaras.
Usaha khusus yang terarah dan terencana bukan sekedar menambah apa yang kurang, menambal apa yang berlubang, dan menjahit apa yang sobek. Menurut Banathy, bukan hanya “doing more of the same“, ataupun “doing it better of the same“. melainkan “doing it difeerently” untuk menjamin hasil yang diharapkan. Pendekatan yang berbeda itu adalah pendekatan yang memenuhi empat persyaratan, yaitu:
Pendekatan isometrik, yaitu yang menggabungkan hal-hal yang sesuai dari berbagai kajian/bidang keilmuan (psikologi, komunikasi, ekonomi, manajemen, rekayasa teknik, dan lain sebagainya) ke dalam suatu kebulatan tersendiri;
Pendekatan sistematik, yaitu dengan cara yang berurutan dan terarah dalam usaha memecahkan persoalan;
Pendekatan sinergestik, yaitu yang menjamin adanya nilai tambah dari keseluruhan kegiatan dibandingkan dengan bila kegiatan itu dijalankan sendiri-sendiri; dan
Sistemik, yaitu pengkajian secara menyeluruh (komprehensif).
Usaha khusus dengan pendekatan inilah yang merupakan asas epistemologi teknologi pendidikan.
Semua bentuk teknologi adalah sistem yang diciptakan oleh manusia untuk sesuatu tujuan tertentu, yang pada intinya adalah mempermudah manusia dalam memperingan usahanya, meningkatkan hasilnya, dan menghemat tenaga serta sumber daya yangada. Teknologi itu pada hakikatnya adalah bebas nilai, namun penggunaannyaakan sarat dengan aturan nilai dan estetika.Dalam perkembangan terakhir, istilah teknologi pendidikan dipersempit menjadi teknologi pembelajaran, dengan pertimbangan bahwa istilah terakhir itu kecuali lebih dapat diterima oleh kalangan yang luas, juga dapat lebih berfokus pada objek formal yang menjadi garapannya. Secara konseptual teknologi pendidikan didefinisikan: teori dan praktik dalam desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, penilaian, dan penelitian proses, sumber, dan sistem untuk belajar. Definisi tersebut megandung pengertian adanya empat komponen dalam teknologi pembelajaran, yaitu:
Teori dan praktik
Desain, pengemabngan, pemanfaatan, pengelolaan, penilaian, dan penelitian
Proses, sumber, dan sistem
Untuk belajar
Untuk lebih jelas definsi tersebut digambarkan pada gambar berikut (klik gambar untuk memperjelas):

Disadur dari: Yusufhadi Miarso, 2005, Menyebar Benih Teknologi Pendidikan, (Prenada Media, Jakarta)
Ditulis oleh Fattah Firdaus, S.Pd. artikel diambil dan dimuat atas seizin www.teknologi-pendidikan.co.cc
Artikel Terkait
Critical Discourse Analysis (CDA) Sebagai Model Pembelajaran Sastra
Informasi terkait: artikel sebelumnya: artikel berikutnya:
Diskusi

Nama (*)

Classroom of the future

There are a number of issues related to BackPack.Net, Technology, Learning and Marketing that we believe, if addressed with a little sensitivity, could benefit educational development in Asia and Other Developing Countries.

A problem for school/education administrators in developing countries is that they are rarely exposed to Student-Centred Learning and Contextual Learning in their schools. Not being familiar with contextual learning, they can tend to view the wonderful activities taking place in technology marketing photos as activities that are being ENABLED by the technology, and often don't realize that in general they can be achieved without the technology (at virtually no cost).Photo/s (iDA): Students using tablet PCs in the field
Key Issue: The marketing is projecting images of technology which are really images of good teaching practice (not necessarily technology dependent). In general, if you were to replace the tablet PCs in the photos (above/below) with plain sheets of paper, the photos could be depicting typical contextual-based learning activities.(A sheet of paper is much lighter, more portable, less fragile, and the batteries don't go flat just when you need it most).
Singapore, being an Asian country should be sensitive to these issues and explain clearly in their education technology marketing that "in general the good teaching practices being displayed in the photographs can also be achieved with low or no technology" (in multiple languages). This would hopefully encourage other Asian and developing countries to improve their teaching and learning quality through the implementation of Contextual Learning practices. But what effect would this have upon technology marketing? If the effects were negative we would have to question, is it the technology or the "learning paradigm" that really appeals?
Technology marketing should be focused upon the specific features of the technology. Teachers can decide whether they require these specific features or not, and whether they are worth the cost (not only financial!). For instance, aren't there educational advantages to be gained from our students handling and processing data manually? Are we really enhancing their education or de-skilling our students? (Are we removing educational processes?)
Key Issue: I believe that using images of Good Teaching Practice to Market Products without explaining that the practices are based upon contextual learning principles 'that can be employed successfully without technology' is counter-productive. I believe that we have a moral responsibility to help and inform developing countries about such issues, and an obligation to avoid creating a "Cargo Cult" attitude to quality in education.
Having worked in Australian education institutions for 24 years (including a Centre for Language Teaching and Research 4 years) I feel qualified to state that the "Cargo Cult" syndrome also exists in our Western Institutions. We often pursue technological solutions "without measurable/'concrete' evidence" of real benefits to our students. From research I conducted in 1996 I discovered that this was frequently due to "the need to be seen to be progressive". One of the members of my education network (relating to e-technology) recently (even though he said he didn't agree with the technology) stated "kalau kita tidak "ikut-ikutan" maka kita pasti akan ketinggalan jauh" [If we don't follow-along we will certainly be left far behind]. I believe this response is fairly typical of many people concerned about education in developing countries. However, we need clear evidence that what we are following will enhance student learning. I believe it is time to stop following blindly! We need measurable (not rhetorical) proof, and the onus of proof (and expense) should be the responsibility of equipment suppliers (not our students and parents). Maybe we can afford the continual turnover of 'unproven' technologies, but please remember that developing countries can't.
BackPack evaluation processes are not clear. Are there control groups "with the same support systems", for instance; no-technology and low-technology groups in the same schools? What measurable evidence (not rhetorical) is available to prove that students do learn more effectively through use of the tablet PCs? "We need to be relentless in measuring and assessing the impact that technology has on education and on academic achievement. We need evidence that teaching and learning are improved as the result of technology." (Ref: North Central Regional Educational Laboratory)
Definition needed for "Classroom Of The Future" - Which future? For instance, the technology being showcased will probably be old technology within five (5) years and may even be "obsolete". What are we really showcasing? I suspect that the manufacturers will actually be working hard to make the technology obsolete (but better!) as soon as possible so that they can sell us more products (that's business).However, the Good Teaching Practices (Contextual Learning) being showcased will remain relevant, regardless of the technology (or no technology).Isn't the Classroom Of The Future "Our Environment" ? Do we really need to take technology along with us?
My comments above relate mainly to the information provided in the BackPack.Net Brochure and Chronicles documents. Their website is professional, however, my main concern with the website is that I still couldn't find any 'measurable evidence' to support the notion of enhanced learning from the use of the tablet PCs. Notes:
If you are interested in some local experience with laptops in a school in Indonesia please continue down below the image, I think you will find it interesting! (in English).
Most of my experience discussing and writing about education issues during the past 10 years has been in the Indonesian language (Bahasa Indonesia) so I would appreciate your comments.Phillip Rekdale (10/2/2008)Education & Technology ConsultantPendidikan (Education) Network Indonesia(Contact / Comments)

Pakar Tiga Negara Bahas

Bandung ( Berita ) : Sejumlah pakar dan praktisi bidang pendidikan dari tiga negara bertemu di Bandung ibukota Provinsi Jawa Barat, guna mendiskusikan dan membahas permasalahan aktual di bidang pendidikan di Indonesia serta bersama mencari solusinya melalui sudut pandang teknologi pendidikan.
Pertemuan pakar dan praktisi bidang pendidikan dan teknologi pendidikan dari tiga negara Indonesia, Malaysia dan Jepang melalui program JICA itu diselenggarakan jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung selama dua hari 4-5 Desember 2008 di Puri Setiabudhi Residence Hotel.
Informasi dari Humas UPI Bandung, Rabu [03/12] , menyebutkan, kegiatan pakar dan praktisi tiga negara itu dirangkai dalam tiga jenis kegiatan yaitu Seminar Internasional tema “New Trends in Educational Technology” atau Tren-Tren Terbaru di Bidang Teknologi Pendidikan.
Seminar itu menghadirkan pembicara Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Prof Dr Ir Mohammad Nuh,DEA, Dirjen Dikti Depdiknas Dr. Fasli Jalal,Ph.D, Prof. Yusufhadi Miarso, M.Sc, serta para delegasi dari Malaysia dan JICA (Jepang).
Kegiatan kedua berupa bedah buku mendiskusikan sebuah buku berjudul “Teachers in Indonesia” atau Guru di Indonesia, dengan narasumber Prof. Ishak Abdulhak, M.Pd. dan Prof. Muhammad Surya.
Kegiatan ketiga berupa kolokium teknologi pendidikan, yang merupakan kegiatan diskusi ilmiah dan saling berbagi ilmu di antara para praktisi teknologi pendidikan dari seluruh universitas di Indonesia. Tujuannya, mencari solusi atas permasalahan aktual di bidang pendidikan Indonesia dari sudut pandang teknologi pendidikan. ( ant )

Jabatan Teknologi Pendidikan

Selamat Datang ke Laman Web Jabatan Teknologi Pendidikan Institut Perguruan Tuanku Bainun Pulau Pinang.
Diharapkan laman ini akan dapat memberikan maklumat terkini tentang pelbagai kemudahan, aktiviti, penyelidikan dan inovasi yang terdapat serta dijalankan khususnya di Jabatan Teknologi Pendidikan Institut Perguruan Tuanku Bainun. Kami juga berhasrat untuk meletakkan pelbagai sumber dan bahan yang disediakan oleh BPG, para pensyarah dan pelajar di laman web ini.
Penduduk Malaysia adalah antara pengguna internet yang teramai di dunia. Maka bagi merealisasikan pembudayaan ICT di dalam pembelajaran seperti yang disarankan di dalam Pelan Induk Pembangunan Pendidikan kami juga terpanggil untuk memberikan sedikit sumbangan bagi menambahkan lagi bahan-bahan yang bermanfaat di internet.yang boleh diakses oleh semua lapisan masyarakat khususnya para pendidik dan para pelajar IPTB. Sekian Terima kasih.
En Azizan Bin Ariffin
Ketua Jabatan Teknologi Pendidikan